Jumat, 27 Desember 2013

Landasan Filsafat Teknoogi Pendidikan

Asumsi yang Melandasi Teknologi Pendidikan

Asumsi yang melandasi filosofi teknologi pendidikan, menurut Miarso menjelaskan setidaknya ada lima asumsi yang dapat dikatakan sebagai postulat yang kebenarannya tidak terbantahkan atau setidaknya tidak perlu dipersoalkan lagi. Asumsi tersebut adalah:


  1. Ilmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat membawa implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangan itu.
  2. Pertumbuhan penduduk akan senantiasa terjadi meskipun dengan derajat perbandingan yang kian mengecil. Perkembangan penduduk ini membawa implikasi makin banyaknya mereka yang perlu memperoleh pendidikan.
  3. Terjadinya perubahan-perubahan mendasar dan bersifat menetap di bidang social, politik, ekonomi, industri atau secara luas kebudayaan yang menghendaki re-edukasi atau pendidikan terus menerus bagi semua orang.
  4. Penyebaran teknologi kedalam kehidupan masyarakat yang makin meluas. Masyarakat mengandung budaya teknologi, yang mempengaruhi segenap bidang kehidupan, termasuk didalamnya bidang pendidikan.
  5. Makin terbatasnya sumber-sumber tradisional sehingga harus diciptakan sumber-sumber baru dan sementara itu memanfaatkan sumber yang semakin terbatas itu secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Termasuk dalam sumber tradisional ini adalah sumber insani untuk keperluan pendidikan.

Ontologi Teknologi Pendidikan
Dalam menjawab landasan filosofis teknologi pendidikan, maka perlu dijawab tiga hal, yaitu ontologi (apa), epistemology (bagaimana) dan aksiologi (untuk apa). Apakah obyek penelaahan (ontology) teknologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, Prof. Yusufhadi Miarso menjelaskan adanya masalah-masalah baru, yaitu:
  1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, produser media dan lain-lain), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televise, radio dan lain-lain), alat (jaringan televise, radio dan lain-lain), cara-cara tertentu dalam mengolah/menyajikan pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung
  2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun factual.
  3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.

Epistemologi Teknologi Pendidikan
Bagaimana teknologi pendidikan dikembangkan?. Miarso menjelaskan tiga pendekatan baru, yaitu teknik intelektual yang unik yang tidak dilakukan oleh disiplin keilmuan yang telah ada sebelumnya, yang merupakan ciri epsitemologi teknologi pendidikan, yaitu:
1.       Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling keterkaitannya (sistemik), dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah (parsial).
2.       Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai, dikelola sebagai suatu kesatuan, dn ditujukan untuk memecahkan masalah.
3.       Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri.

Aksiologi Teknologi Pendidikan
Miarso menjelaskan kegunaan (aksiologi) teknologi pendidikan dengan mengutip Presidential Commission on Instructional Technology Amerika Serikat (1969) sebagai beirkut:
 1. Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan:
     a.   Memperlaju pentahapan belajar.
     b.  Membantu guru menggunakan waktunya secara lebih baik.
     c.  Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan 
         mengembangkan kegairahan belajar anak.
2.  Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
           a.     Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional
           b .  Memberikan kesepmatan anak berkembang sesuai kemampuannya
3. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan:
          a.   Perencanaan program pengajaran yang lebih sistemik
          b.  Pengembangan bahan ajar yang dilandasi penelitian tentang prilaku
4. Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan:
          a.   Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
          b.  Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
5. Memungkinkan belajar secara lebih akrab, karena dapat:
          a.   Mengurangi jumlah pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah    
          b.  Memberikan penegtahuan tangan pertama
6.  Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan:
          a. Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
          b. Penyajian informasi menembus batas geografi

Dalam konteks Indonesia, aksiologi teknologi pendidikan dapat dilihat dalam Pidato Pengarahan Mendikbud (1980), Daoed Joesoef, yang menyatakan teknologi pendidikan perlu terus dikembangkan untuk: 1) perluasan dan pemerataan kesempatan belajar; 2) meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidkikan dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat bergai bentuk pendidikan serta latihan; 3) penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai tantangan jaman dan kebutuhan pembangunan; 4) peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan; 5) penyempurnaan pelaskanaan interaksi antara pendidikan dan pembanunan dimana manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan.

Landasan Filsafat Teknologi Pendidikan
Setiap cabang ilmu membutuhkan dasar/patokan sebagai pembenaran. Dalam falsafah ilmu, setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh yang didukungnya  yaitu Ontologi (apa) yaitu rumusan gejala pengamatan pada suatu objek telaah, yang tidak digarap bidang telaah lain, Epistemiologi (bagaimana) yaitu usaha untuk memperoleh kebenaran dalam objek telaah dan Aksiologi (untuk apa) yaitu nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari objek telaah.
Sejumlah asumsi dimunculkan sebagai dasar patokan pembenaran untuk menentukan gejala yang diamati yaitu :
  • Ilmu pengetahuan berkembang pesat, dengan implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangannya.
  • Pertambahan jumlah penduduk, implikasi semakin banyak yang membutuh pendidikan.
  • Perubahan sosial, ekonomi, politik, industri, dan budaya, implikasi re-edukasi pendidikan ( terus menerus).
  • Budaya dan penyebaran teknologi semakin luas, termasuk didalamnya bidang pendidikan.
  • Semakin terbatasnya sumber tradisional, menuntut adanya sumber baru dan pemanfaatan sumber terbatas secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Dari serangkaian implikasi yang muncul dari asumsi diatas, maka diperlukan suatu telaah khusus, hal ini dijadikan telaah/penggarapan dalam teknologi pendidikan yang tidak digarap dalam bidang ilmu lain. Itulah yang menjadi alasan mengapa landasan teknologi pendidikan perlu dipersoalkan.

Kebenaran Hakiki Filsafah Teknologi Pendidikan
Dalam teknologi pendidikan, kebenaran hakiki komponen filsafah pengetahuan  dikaitkan dengan pertanyaan
·      apa yang menjadi objek telaah teknologi pendidikan?(wujud objek telaah)
·      Sampai dimana ruang lingkup objek telaah,?(penggarapan objek telaah)
·      Apakah masih dimungkinkan adanya telaah baru? (hasil penggarapan objek telaah)
      
   a.  Wujud Objek Telaah
Dalam ilustrasi revolusi pendidikan (Sir Eric Ashby, 1972), dijelaskan revolusi pendidikan dibagi 4, yaitu:
  • Revolusi ke-1, orangtua menyerahkan tanggungjawab pendidikan anak kepada orang lain yang ahli.
  • Revolusi ke-2, pembelajaran menggunakan bahasa lisan/tulisan, kegiatan pendidikan dilembagakan.
  • Revolusi ke-3, muncul media cetak, terjadi karena guru ingin mengajarkan lebih banyak siswa dan lebih cepat, sementara itu kemampuannnya makin terbatas hingga perlu menggunakan media.
  • Revolusi ke-4, muncul media elektronik. Pada saat ini, teknologi dan media dalam dunia pendidikan berkembang pesat. Pendidikan mulai difokuskan pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar. Ajaran selanjutanya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui sumber dan saluran. Hal ini memunculkan gejala-gejala baru, yaitu:
1.      Adanya berbagai macam sumber belajar termasuk orang, pesan, media, alat, metode, dan lingkungan.
2.      Perlunya sumber tersebut dkembangkan, baik secara konseptual maupun secara factual.
3.      Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan maupun sumber-sumber belajar untuk belajar
Ketiga hal diatas merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan (landasan ontologi), teknologi pendidikan.
       
      b.     Penggarapan Objek Telaah
           Teknologi pendidikan merupakan bidang garapan yang tidak dilakukan dalam disiplin ilmu lain. Pada ilmu pendidikan, ilmu komunikasi, ilmu perilaku dan ilmu lainnya, objek penggarapan telaah terpisah-pisah, sementara teknologi pendidikan memandang bahwa semua komponen teori, model, konsep, dan prinsip dari semua  ilmu digabung secara sistematik dan sistemik agar diperoleh daya guna dan hasil guna yang optimal.
Usaha yang sistematik dan sistemik diawali dengan menganalisis masalah, kemudian merancang, memproduksi, memamfaatkan, menilai, memperbaiki dan mengelola keseluruhan proses kegiatan secara terintegrasi, sehingga diperlukan pendekatan baru dengan ciri-ciri sebagai berikut: 
·      Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya dikelola secara simultan.
·      Unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik.
·      Penggabungan proses kompleks di atas harus mengandung daya lipat.
Ketiga ciri diatas merupakan teknik intelektual yang unik dan dihimpun  menjadi penggarapan objek telaah (landasan epistimologi) teknologi pendidikan.
     
     c.       Hasil Penggarapan Objek Telaah
Dari dua landasan yang telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan, dirumuskanlah kegunaan potensial teknologi pendidikan yaitu perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan mutu pendidikan, penyempurnaan sistem pendidikan, peningkatan partisipasi masyarakat, dan penyempurnaan pelaksanaan interaksi antara pendidikan dan pembangunan.  Hal inilah yang merupakan hasil dari penggarapan objek telaah (landasan aksiologi) teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu
     
      d.   Rumusan filsafat teknologi pendidikan
 agar setiap orang memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun dalam ikatan organisasi, seoptimal mungkin melalui pendekatan yang sistematik dan sistemik atas proses, sumber dan system belajar sedemikian rupa agar tercapai efisiensi, efektivitas dan keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan, kearah terbentuknya masyarakat belajar
      
      e.   Wujud penerapan filsafat teknologi pendidikan dalam sistem pendidikan di Indonesia
         Filsafat teknologi pendidikan telah terwujud dalam sistem pendidikan di Indonesia, wujudnya sebagai berikut :
  • Pada masa kemerdekaan tahun 1950, untuk mengatasi kesempatan belajar para pejuang yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tergabung dalam pasukan tentara, maka dihadirkanlah siaran radio untuk menyajikan bahan pelajaran, didirikan Balai Kursus Tertulis Pengembangan Guru, Balai Alat Peraga Pendidikan yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis
  • Pada awal orde baru, dalam PELITA I telah dicantumkan secara eksplisit kebijakan menggunakan radio dan  televisi untuk peningkatan mutu dan pemerataan kesempatan pendidikan, sebagai contoh program pendidikan karakter melalui serial televisi ACI ( Aku Cinta Indonesia = amir, cici, ito)
  • Dalam periode pembangunan selanjutnya, berbagai bentuk penerapan teknologi pendidikan berkembang pesat. Penerapan berupa pola / sistem pendidikan yang inovatif, contohnya sebagai berikut :a.     Sistem pendidikan terbuka / jarak jauh (SLTP Terbuka, Madrasah Tsanawiyah Terbuka, 
         Universitas Terbuka, Program KEJAR Paket A dan B) 
    b.     Proyek pendidikan melalui satelit ( Rural Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia 
         Timur 
    c.     Penggunaan siaran radio untuk penataran guru, sitem belajar mandiri untuk meningkatkan kualitas 
         guru yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan 
    d.     Sistem pelatihan jarak jauh yang pengembangannya dikoordinasikan oleh Indonesian Learning 
         Work (IDLN) dan SEAMOLEC ( SEAMO Open Learning Center )  berkedudukan di       
         Pustekom Diknas 
    e.     Teknik /strategi pembelajaran untuk belajar pemecahan masalah dan belajar aktif (problem 
         solving and active learning strategies and techniques)
Beberapa bentuk penerapan ada yang sudah berhenti dikarenakan berbagai alasan kebijakan maupun pendanaan. Akan tetapi penerapan teknologi pendidikan yang telah berlangsung, menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan itu masih harus ditingkatkan lagi untuk menjangkau seluruh sektor pendidikan pada semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan termasuk pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.


DAFTAR PUSTAKA

Miarso, P. D. (2011). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kemendikbud. 2013. Landasan falsafah dan teori pendidikan. http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id. Di unduh tanggal 19 November 2013.

0 komentar:

Posting Komentar