Asumsi yang Melandasi Teknologi Pendidikan
Asumsi yang melandasi filosofi teknologi pendidikan, menurut Miarso menjelaskan
setidaknya ada lima asumsi yang dapat dikatakan sebagai postulat yang
kebenarannya tidak terbantahkan atau setidaknya tidak perlu dipersoalkan lagi.
Asumsi tersebut adalah:
- Ilmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat membawa implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangan itu.
- Pertumbuhan penduduk akan senantiasa terjadi meskipun dengan derajat perbandingan yang kian mengecil. Perkembangan penduduk ini membawa implikasi makin banyaknya mereka yang perlu memperoleh pendidikan.
- Terjadinya perubahan-perubahan mendasar dan bersifat menetap di bidang social, politik, ekonomi, industri atau secara luas kebudayaan yang menghendaki re-edukasi atau pendidikan terus menerus bagi semua orang.
- Penyebaran teknologi kedalam kehidupan masyarakat yang makin meluas. Masyarakat mengandung budaya teknologi, yang mempengaruhi segenap bidang kehidupan, termasuk didalamnya bidang pendidikan.
- Makin terbatasnya sumber-sumber tradisional sehingga harus diciptakan sumber-sumber baru dan sementara itu memanfaatkan sumber yang semakin terbatas itu secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Termasuk dalam sumber tradisional ini adalah sumber insani untuk keperluan pendidikan.
Ontologi Teknologi Pendidikan
Dalam menjawab landasan filosofis
teknologi pendidikan, maka perlu dijawab tiga hal, yaitu ontologi (apa), epistemology (bagaimana) dan aksiologi (untuk apa). Apakah obyek penelaahan (ontology) teknologi
pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, Prof. Yusufhadi Miarso
menjelaskan adanya masalah-masalah baru, yaitu:
- Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, produser media dan lain-lain), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televise, radio dan lain-lain), alat (jaringan televise, radio dan lain-lain), cara-cara tertentu dalam mengolah/menyajikan pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung
- Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun factual.
- Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
Epistemologi Teknologi Pendidikan
Bagaimana teknologi pendidikan
dikembangkan?. Miarso menjelaskan tiga pendekatan
baru, yaitu teknik intelektual yang unik yang tidak dilakukan oleh
disiplin keilmuan yang telah ada sebelumnya, yang merupakan ciri epsitemologi teknologi pendidikan,
yaitu:
1.
Keseluruhan masalah
belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi yang ada
diperhatikan dan dikaji saling keterkaitannya (sistemik), dan bukannya dikaji
secara terpisah-pisah (parsial).
2.
Unsur-unsur yang
berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik,
yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai, dikelola sebagai suatu kesatuan, dn
ditujukan untuk memecahkan masalah.
3.
Penggabungan ke
dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus
mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing
fungsi berjalan sendiri-sendiri.
Aksiologi Teknologi Pendidikan
Miarso
menjelaskan kegunaan (aksiologi) teknologi pendidikan dengan mengutip
Presidential Commission on Instructional Technology Amerika Serikat (1969)
sebagai beirkut:
1. Meningkatkan
produktifitas pendidikan dengan jalan:
a. Memperlaju
pentahapan belajar.b. Membantu guru menggunakan waktunya secara lebih baik.
c. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan
mengembangkan kegairahan belajar anak.
2. Memberikan
kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
a.
Mengurangi control
guru yang kaku dan tradisional
b . Memberikan
kesepmatan anak berkembang sesuai kemampuannya
3. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan:
a. Perencanaan program
pengajaran yang lebih sistemik
b. Pengembangan bahan
ajar yang dilandasi penelitian tentang prilaku
4. Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan:
a. Meningkatkan
kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
b. Penyajian informasi
dan data secara lebih konkrit
5. Memungkinkan belajar secara lebih akrab, karena dapat:
a. Mengurangi jumlah
pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah
b. Memberikan
penegtahuan tangan pertama
6. Memungkinkan
penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan:
a. Pemanfaatan bersama
tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas
b. Penyajian informasi
menembus batas geografi
Dalam konteks Indonesia, aksiologi
teknologi pendidikan dapat dilihat dalam Pidato Pengarahan Mendikbud (1980),
Daoed Joesoef, yang menyatakan teknologi pendidikan perlu terus dikembangkan
untuk: 1) perluasan dan pemerataan kesempatan
belajar; 2) meningkatkan mutu pendidikan
seperti penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidkikan
dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat bergai bentuk pendidikan serta
latihan; 3) penyempurnaan sistem
pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai tantangan jaman dan
kebutuhan pembangunan; 4) peningkatan partisipasi
masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber
pendidikan; 5) penyempurnaan pelaskanaan interaksi antara pendidikan dan pembanunan dimana manusia
dijadikan pusat perhatian pendidikan.
Landasan
Filsafat Teknologi Pendidikan
Setiap
cabang ilmu membutuhkan dasar/patokan sebagai pembenaran. Dalam falsafah ilmu,
setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh
yang didukungnya yaitu Ontologi (apa) yaitu rumusan gejala
pengamatan pada suatu objek telaah, yang tidak digarap bidang telaah lain, Epistemiologi (bagaimana) yaitu usaha
untuk memperoleh kebenaran dalam objek telaah dan Aksiologi (untuk apa) yaitu nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari
objek telaah.
Sejumlah
asumsi dimunculkan sebagai dasar patokan pembenaran untuk menentukan gejala
yang diamati yaitu :
- Ilmu pengetahuan berkembang pesat, dengan implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangannya.
- Pertambahan jumlah penduduk, implikasi semakin banyak yang membutuh pendidikan.
- Perubahan sosial, ekonomi, politik, industri, dan budaya, implikasi re-edukasi pendidikan ( terus menerus).
- Budaya dan penyebaran teknologi semakin luas, termasuk didalamnya bidang pendidikan.
- Semakin terbatasnya sumber tradisional, menuntut adanya sumber baru dan pemanfaatan sumber terbatas secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.
Dari
serangkaian implikasi yang muncul dari asumsi diatas, maka diperlukan suatu
telaah khusus, hal ini dijadikan telaah/penggarapan dalam teknologi pendidikan
yang tidak digarap dalam bidang ilmu lain. Itulah yang menjadi alasan mengapa
landasan teknologi pendidikan perlu dipersoalkan.
Kebenaran
Hakiki Filsafah Teknologi Pendidikan
Dalam teknologi
pendidikan, kebenaran hakiki komponen filsafah pengetahuan dikaitkan dengan pertanyaan
· apa yang menjadi objek
telaah teknologi pendidikan?(wujud objek telaah)
· Sampai dimana ruang
lingkup objek telaah,?(penggarapan objek
telaah)
· Apakah masih
dimungkinkan adanya telaah baru? (hasil penggarapan
objek telaah)
a. Wujud
Objek Telaah
Dalam
ilustrasi revolusi pendidikan (Sir Eric Ashby, 1972), dijelaskan revolusi
pendidikan dibagi 4, yaitu:
- Revolusi ke-1, orangtua menyerahkan tanggungjawab pendidikan anak kepada orang lain yang ahli.
- Revolusi ke-2, pembelajaran menggunakan bahasa lisan/tulisan, kegiatan pendidikan dilembagakan.
- Revolusi ke-3, muncul media cetak, terjadi karena guru ingin mengajarkan lebih banyak siswa dan lebih cepat, sementara itu kemampuannnya makin terbatas hingga perlu menggunakan media.
- Revolusi ke-4, muncul media elektronik. Pada saat ini, teknologi dan media dalam dunia pendidikan berkembang pesat. Pendidikan mulai difokuskan pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar. Ajaran selanjutanya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui sumber dan saluran. Hal ini memunculkan gejala-gejala baru, yaitu:
1. Adanya
berbagai macam sumber belajar termasuk orang, pesan, media, alat, metode, dan
lingkungan.
2. Perlunya
sumber tersebut dkembangkan, baik secara konseptual maupun secara factual.
3. Perlu
dikelolanya kegiatan pengembangan maupun sumber-sumber belajar untuk belajar
Ketiga
hal diatas merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan (landasan ontologi),
teknologi pendidikan.
b. Penggarapan
Objek Telaah
Teknologi pendidikan merupakan bidang
garapan yang tidak dilakukan dalam disiplin ilmu lain. Pada ilmu pendidikan,
ilmu komunikasi, ilmu perilaku dan ilmu lainnya, objek penggarapan telaah
terpisah-pisah, sementara teknologi pendidikan memandang bahwa semua komponen
teori, model, konsep, dan prinsip dari semua
ilmu digabung secara sistematik dan sistemik agar diperoleh daya guna
dan hasil guna yang optimal.
Usaha
yang sistematik dan sistemik diawali dengan menganalisis masalah, kemudian
merancang, memproduksi, memamfaatkan, menilai, memperbaiki dan mengelola
keseluruhan proses kegiatan secara terintegrasi, sehingga diperlukan pendekatan
baru dengan ciri-ciri sebagai berikut:
· Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya dikelola secara simultan.
· Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya dikelola secara simultan.
· Unsur
yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik.
· Penggabungan
proses kompleks di atas harus mengandung daya lipat.
Ketiga
ciri diatas merupakan teknik intelektual yang unik dan dihimpun menjadi penggarapan objek telaah (landasan
epistimologi) teknologi pendidikan.
c.
Hasil
Penggarapan Objek Telaah
Dari
dua landasan yang telah dipenuhi oleh teknologi pendidikan, dirumuskanlah
kegunaan potensial teknologi pendidikan yaitu perluasan dan pemerataan
kesempatan belajar, meningkatkan mutu pendidikan, penyempurnaan sistem
pendidikan, peningkatan partisipasi masyarakat, dan penyempurnaan pelaksanaan
interaksi antara pendidikan dan pembangunan.
Hal inilah yang merupakan hasil dari penggarapan objek telaah
(landasan aksiologi) teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu
d. Rumusan
filsafat teknologi pendidikan
“agar
setiap orang memperoleh kesempatan belajar, baik sendiri maupun dalam ikatan
organisasi, seoptimal mungkin melalui pendekatan yang sistematik dan sistemik
atas proses, sumber dan system belajar sedemikian rupa agar tercapai efisiensi,
efektivitas dan keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan,
kearah terbentuknya masyarakat belajar”
e. Wujud
penerapan filsafat teknologi pendidikan dalam sistem pendidikan di Indonesia
Filsafat
teknologi pendidikan telah terwujud dalam sistem pendidikan di Indonesia,
wujudnya sebagai berikut :
- Pada masa kemerdekaan tahun 1950, untuk mengatasi kesempatan belajar para pejuang yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tergabung dalam pasukan tentara, maka dihadirkanlah siaran radio untuk menyajikan bahan pelajaran, didirikan Balai Kursus Tertulis Pengembangan Guru, Balai Alat Peraga Pendidikan yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis
- Pada awal orde baru, dalam PELITA I telah dicantumkan secara eksplisit kebijakan menggunakan radio dan televisi untuk peningkatan mutu dan pemerataan kesempatan pendidikan, sebagai contoh program pendidikan karakter melalui serial televisi ACI ( Aku Cinta Indonesia = amir, cici, ito)
- Dalam periode
pembangunan selanjutnya, berbagai bentuk penerapan teknologi pendidikan
berkembang pesat. Penerapan berupa pola / sistem pendidikan yang inovatif,
contohnya sebagai berikut :a. Sistem
pendidikan terbuka / jarak jauh (SLTP Terbuka, Madrasah Tsanawiyah Terbuka,
Universitas Terbuka, Program KEJAR Paket A dan B)
b. Proyek pendidikan melalui satelit ( Rural Satellite Project) di perguruan tinggi wilayah Indonesia
Timur
c. Penggunaan siaran radio untuk penataran guru, sitem belajar mandiri untuk meningkatkan kualitas
guru yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan
d. Sistem pelatihan jarak jauh yang pengembangannya dikoordinasikan oleh Indonesian Learning
Work (IDLN) dan SEAMOLEC ( SEAMO Open Learning Center ) berkedudukan di
Pustekom Diknas
e. Teknik /strategi pembelajaran untuk belajar pemecahan masalah dan belajar aktif (problem
solving and active learning strategies and techniques)
Beberapa bentuk
penerapan ada yang sudah berhenti dikarenakan berbagai alasan kebijakan maupun
pendanaan. Akan tetapi penerapan teknologi pendidikan yang telah berlangsung,
menunjukkan perkembangan yang signifikan. Perkembangan itu masih harus
ditingkatkan lagi untuk menjangkau seluruh sektor pendidikan pada semua jenis,
jalur dan jenjang pendidikan termasuk pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Miarso, P. D. (2011). Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kemendikbud. 2013. Landasan falsafah dan teori pendidikan. http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id. Di unduh tanggal 19 November 2013.
0 komentar:
Posting Komentar