Rabu, 16 Oktober 2013

Makalah Psikologi "Berpikir"


1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia telah dianugerahi pikiran oleh Tuhan yang Maha Esa dan itulah yang menyebabkan manusia itu berbeda dengan hewan. Namun setiap manusia atau orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam berpikir. Bahkan ada juga orang yang tidak mampu berpikir sama sekali (abnormal) karena adanya gangguan/kelainan bawaan atau akibat dari kecelakaan. Menurut beberapa ahli dan pendapat bahwa berpikir itu banyak jenisnya dan proses hingga pengaruhnya terhadap kehidupan.
Orang bijak mengatakan “berpikir dapat merubah segalanya”. Dengan berpikir, manusia dapat menghasilkan sesuatu yang jauh lebih hebat dari keberadaan manusia itu sendiri. Untuk itu maka perlu kita bahas lebih mendalam masalah berpikir ini.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apakah definisi berpikir?
2.    Apa saja macam-macam berpikir?
3.    Bagaimanakah proses berpikir?
4.    Teori-teori apa saja yang digunakan dalam berpikir?
5.    Bagaimanakah pengaruh berpikir pada proses belajar?

1.3    Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi berpikir, macam-macam berpikir, proses berpikir, dan teori-teori berpikir serta pengaruhnya pada proses belajar.

2. KAJIAN PUSTAKA  
      2.1  Definisi Berpikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Charles S. Pierce mengemukakan bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan (irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry) kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.
Kegiatan berpikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan demikian, kegiatan berpikir manusia selalu tersituasikan dalam kondisi konkret subyek yang bersangkutan. Kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh stuktur bahas yang dipakai serta konteks sosio-budaya dan historis tempat kegiatan berpikir dilakukan (Sudarminta, 2000).
Dengan demikian dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak (pikiran), untuk memahami sesuatu yang terjadi.

      2.2  Macam-Macam Berpikir
Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat mereka. Berikut ini akan dijelaskan macam-macam berpikir, yaitu :
1.      Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal; penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika dikenakan kayu pasti kayu tersebut akan terbakar.
2.      Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat, misal; dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dala satu kesatuan.
3.      Berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau wishful thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
4.      Berpikir realistik: berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasanya disebut dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga macam berpikir realistik, antara lain :
a.       Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti ‘mengantar’, ‘memimpin’). Dengan demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar dari satu hal ke hal lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan (Keraf, 1994:57).
b.      Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomenafenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir ilmiah. Namun, induksi tidak akan banyak manfaatnya jika tidak diikuti oleh proses berpikir deduksi.
Berpikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Tingkatan berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil, yang mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil, makin representatif dan makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Purwanto, 1998:47-48).
c.       Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu (Rakhmat, 1994).
Perlu diingat bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam faktor. Suatu masalah yang sama mungkun menimbulkan pemecahan yang berbeda-beda pula. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain, yaitu bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.
Selain jenis-jenis berpikir yang telah disebutkan di atas, masih ada pendapat lain dari beberapa ahli.
a.       Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu;
Ø  Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi.
Ø  Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk memecahkan masalah.
b.      Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu :
Ø  Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
Ø  Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
Ø  Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
Ø  Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya
Ø  Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
Ø  Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
c.       Menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai berikut:
Ø  Berpikir vertikal, (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
Ø  Berpikir pendek Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

      2.3  Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu
a.      Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
Ø  Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya, manusia Indonesia, ciri - cirinya: makhluk hidup, berbudi, berkulit sawo matang, berambut hitam, dan untuk manusia Eropa, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau putih, bermata biru terbuka.
Ø  Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
Ø  Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
b.      Pembentukan Pendapat, yaitu menggabungkan atau memisah beberapa pengertian menjadi suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi tiga macam:
a.       Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan sesuatu, misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai, dsb.
b.      Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak marah, si Totok tidak bodoh, dsb.
c.       Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang menerangkan kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal, misalnya hari ini mungkin hujan, si Ali mungkin tidak datang, dsb.
c.       Pembentukan Keputusan, yaitu menggabung-gabungkan pendapat tersebut. Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu:
1.      Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin paman duduk dikursi yang panjang, masjid dikota kami disebelah alun-alun, dsb.
2.      Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami menggigit seorang kusir, sepeda saya sudah tua, dsb.
3.      Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah tidak baik, bunga itu indah, dsb.
d.      Pembentukan Kesimpulan, yaitu menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.

      2.4  Teori-Teori Berpikir
Ada tiga pendekatan teoritis yang digunakan dalam kajian tentang berpikir yaitu :
1.      Teori Stimulus-Respon
Konsepsi stimulus-respon memandang bahwa berpikir didasarkan atas proses asosiatif.  Berpkir dipandang sebagai tingkah laku trial-and-error yang tidak tampak, sama seperti tingkah laku trial-and-error yang tampak dalam menghadapi berbagai situasi belajar. Individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses trial-and-error dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stumulus tertentu.
 Dalam menghadapi situasi bermasalah, seseorang menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang telah dipelajari melalui pelaziman. Kebiasaan adalah aspek tingkahlaku yang telah menetap, dalam penggunaannya berasosiasi kepada tingkat tantangan yang dihadapi. Kebiasaan juga juga tersusun dalam apa yang disebut dengan hirarki rumpun-kebisaaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang mengahadapi suatu situasi dengan hirarki macam-macam kebiasaan.
Menurut teori ini dalam suatu situasi pemecahan masalah,  kebiasaan akan menetap dalam urutannya hingga berhasilnya suatu respon.
2.      Teori Gestalt
Teori psikologi Gestalt mendekati persoalan berpikir dan pemecahan masalah dari pandangan bagaimana individu menentukan dunianya. Berpikir dipandang sebagai mengorganisasikan persepsi, yaitu proses di mana seseorang menangkap pola-pola keseluruhan dari stimuli, atau makna dari bagian-bagian stimuli dalam pola keseluruhan dengan berbagai cara. Berpikir dengan demikian adalah sebuah proses perseptual-kognitif.
Ciri pendekatan psikologi Gestalt terhadap pemecahan masalah tergambar pada hasil pengamatan Wolfgang Kohler terhadap simpanse miliknya: Pisang digantung di langit-langit kandang. Di sudut kandang diletakkan beberapa buah kotak. Simpanse mencoba menggapai pisang beberapa kali namun gagal. Ketika beristirahat sejenak ia melihat kotak-kotak itu. Ditariknya kotak satu demi satu kemudian ditumpuk. Dengan berdiri di atas tumpukan kotak-kotak simpanse dapat meraih pisang. Pengalaman simpanse yang menemukan pemecahan masalah ketika melihat kotak-kotak disebut insight. Keberhasilan mendapatkan insight setelah melalui pengorganisasian persepsi terhadap keseluruhan situasi masalah (pola) yang akan diatasi. Hal ini disebut juga fenomena “Ah-Ha!”.
3.      Pendekatan Pemrosesan-Informasi
Pendekatan pemrosesan-informasi adalah upaya memformulasikan bentuk flowchart atau urutan kejadian, dengan penggunaan format dari program komputer. Suatu program komputer terdiri dari rangkaian langkah-langkah atau kaidah-kaidah yang menguraikan apa yang diperbuat komputer.
Bagaimanapun, manusia jauh lebih baik daripada komputer. Implikasinya adalah pendekatan pemrosesan-informasi terhadap tingkahlaku adalah sebuah program yang dapat men-simulasi-kan proses-proses psikologis digunakan sebagai model yang sangat abstrak dalam berpikir dan memecahkan masalah.
Beberapa macam program untuk memecahkan masalah dapat dikembangkan. Salah satunya adalah penyelesaian serial-letter. Masalah yang harus dipecahkan subyek adalah mengisi huruf selanjutnya, dari contoh berikut:
B D F H __                            
BTCTDT __
Program yang dibuat untuk mengatasi masalah ini harus terpasang secara instrinsik terhadap seri tersebut. Jika suatu program dapat berhasil memecahkan suatu bentuk masalah, maka temuan itu dapat menyumbang kepada teori kegiatan pemecahan masalah.

          2.5  Pengaruh Berpikir pada Belajar
Kemampuan berpikir memberikan pengaruh terhadap hasil belajar, karena belajar merupakan suatu proses penyerapan informasi dari luar untuk dimengerti dan dipahami. Jika kemampuan berpikir seseorang kurang baik maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang didapat oleh orang tersebut.

 
3. PENUTUP 
      3.1  Simpulan
       Dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Berpikir merupakan suatu tahap awal sebelum pengambilan keputusan.
2.    Secara umum berpikir terdapat 4 jenis yaitu berpikir alamiah, berpikir ilmiah, berpikir autistik, dan berpikir realistik.
3.  Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, pembentuakan keputusan, dan pembentukan kesimpulan.
4.    Ada banyak teori yang membahas masalah berpikir diantaranya Teori Stimulus-Respon, Teori Gestalt, dan Pendekatan Pemrosesan-Informasi.
5.  Berpikir merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh semua orang pelajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3.2  Saran
1. Hendaknya setiap orang terutama para pelajar memiliki pola pikir yang baik dan memaksimalkannya agar transfer ilmu dan informasi dari guru atau dari media informasi lainnya dapat diterima dan dipahami dengan baik.
2.      Dengan adanya pola pikir yang baik maka dapat mendorong generasi penerus bangsa masa yang akan datang lebih baik dan berkembang.


DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-130081/26411. diaskes tanggal 13 Agustus 2013


Santrock, John W..2007. Perkembangan Anak. Erlangga
Sobur, Alex . 2003 . Psikologi Umum . Bandung : Pustaka Setia
Walgito, Bimo. 2008. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : PT andi publisher
Whandi. 2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.

0 komentar:

Posting Komentar