1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada dasarnya setiap manusia
telah dianugerahi pikiran oleh Tuhan yang Maha Esa dan itulah yang menyebabkan
manusia itu berbeda dengan hewan. Namun setiap manusia atau orang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam berpikir. Bahkan ada juga orang yang tidak
mampu berpikir sama sekali (abnormal) karena adanya gangguan/kelainan bawaan
atau akibat dari kecelakaan. Menurut beberapa ahli dan pendapat bahwa berpikir
itu banyak jenisnya dan proses hingga pengaruhnya terhadap kehidupan.
Orang bijak mengatakan “berpikir
dapat merubah segalanya”. Dengan berpikir, manusia dapat menghasilkan sesuatu
yang jauh lebih hebat dari keberadaan manusia itu sendiri. Untuk itu maka perlu
kita bahas lebih mendalam masalah berpikir ini.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun
perumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah
definisi berpikir?
2.
Apa
saja macam-macam berpikir?
3.
Bagaimanakah
proses berpikir?
4.
Teori-teori
apa saja yang digunakan dalam berpikir?
5.
Bagaimanakah
pengaruh berpikir pada proses belajar?
1.3
Tujuan
Makalah
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi berpikir,
macam-macam berpikir, proses berpikir, dan teori-teori berpikir serta
pengaruhnya pada proses belajar.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Berpikir
Definisi yang paling umum dari
berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang.
Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan
antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang
berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita
berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir
saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir
saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat
menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran,
merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan
mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang
disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan
juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti
mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan
menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek
tersebut.
Berpikir juga berarti
berjerih-payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari
jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur,
mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah atau membedakan,
menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat
analisis dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang
ada, menimbang, dan memutuskan.
Secara sederhana, berpikir adalah
memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal,
berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari
lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.
Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau
item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam
Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide
dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso
(1998 dalam Khodijah, 2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana
representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan
interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,
logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Dari pengertian tersebut tampak
bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah
kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan
dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa
manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan
menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Biasanya kegiatan berpikir
dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan
dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Charles S. Pierce
mengemukakan bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu
keraguan (irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang
selama ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry)
kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.
Kegiatan berpikir juga dirangsang
oleh kekaguman dan keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan
demikian, kegiatan berpikir manusia selalu tersituasikan dalam kondisi konkret
subyek yang bersangkutan. Kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh stuktur
bahas yang dipakai serta konteks sosio-budaya dan historis tempat kegiatan
berpikir dilakukan (Sudarminta, 2000).
Dengan demikian dari penjelasan
di atas dapat di simpulkan bahwa berfikir adalah suatu kegiatan mental yang
melibatkan kerja otak (pikiran), untuk memahami sesuatu yang terjadi.
2.2 Macam-Macam Berpikir
Berpikir
banyak sekali macamnya. Banyak para ahli yang mengutarakan pendapat mereka.
Berikut ini akan dijelaskan macam-macam berpikir, yaitu :
1.
Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal;
penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar jika dikenakan kayu pasti
kayu tersebut akan terbakar.
2.
Berpikir
ilmiah adalah
pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat, misal;
dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada
saat yang sama dala satu kesatuan.
3.
Berpikir
autistik:
contoh berpikir autistik antara lain adalah mengkhayal, fantasi atau wishful
thinking. Dengan berpikir autistik seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan
melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis.
4.
Berpikir
realistik:
berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata, biasanya disebut
dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch (1967) menyebutkan ada tiga
macam berpikir realistik, antara lain :
a.
Berpikir Deduktif
Deduktif
merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata Latin deducere (de
berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti ‘mengantar’, ‘memimpin’).
Dengan demikian, kata deduksi yang diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar
dari satu hal ke hal lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi
merupakan proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah ada,
menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan (Keraf, 1994:57).
b.
Berpikir Induktif
Induktif
artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan
(inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi
atas fenomenafenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan
dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran
induktif, proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir ilmiah.
Namun, induksi tidak akan banyak manfaatnya jika tidak diikuti oleh proses
berpikir deduksi.
Berpikir
induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian (data) yang
ada di sekitarnya. Dasarnya adalah observasi. Proses berpikirnya adalah
sintesis. Tingkatan berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam
ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan. Tepat atau tidaknya kesimpulan
(cara berpikir) yang diambil secara induktif ini terutama bergantung pada
representatif atau tidaknya sampel yang diambil, yang mewakili fenomena
keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil, makin representatif dan
makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga sebaliknya.
Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh
obyektivitas dari si pengamat dan homogenitas dari fenomena-fenomena yang
diselidiki (Purwanto, 1998:47-48).
c.
Berpikir Evaluatif
Berpikir
evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya
suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi
gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu (Rakhmat, 1994).
Perlu diingat
bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan oleh berbagai macam faktor.
Suatu masalah yang sama mungkun menimbulkan pemecahan yang berbeda-beda pula.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain, yaitu
bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut, situasi yang tengah
dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang
tersebut, serta bagaimana intelegensi orang itu.
Selain
jenis-jenis berpikir yang telah disebutkan di atas, masih ada pendapat lain
dari beberapa ahli.
a.
Morgan
dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis berpikir, yaitu;
Ø Berpikir
autistik (autistic thinking) yaitu
proses berpikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang
sangat pribadi, contohnya mimpi.
Ø Berpikir
langsung (directed thinking) yaitu
berpikir untuk memecahkan masalah.
b.
Menurut
Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola berpikir, yaitu :
Ø Berpikir
konkrit,
yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.
Ø Berpikir
abstrak,
yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa dibesarkan atau disempurnakan
keluasannya.
Ø Berpikir
klasifikatoris,
yaitu berpikir menganai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat
tertentu.
Ø Berpikir
analogis,
yatiu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya
Ø Berpikir
ilmiah,
yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek
disertai pembuktian-pembuktian.
Ø Berpikir
pendek,
yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat, lebih dangkal dan
seringkali tidak logis.
c.
Menurut
De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua tipe berpikir, sebagai
berikut:
Ø Berpikir
vertikal, (berpikir
konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional dan generatif yang bersifat logis
dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
Ø Berpikir
pendek Berpikir lateral (berpikir
divergen) yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi
bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat
menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa
tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.
2.3 Proses Berpikir
Proses
atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu
a.
Pembentukan
Pengertian
Pengertian,
atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan,
sebagai berikut:
Ø Menganalisis ciri-ciri
dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur -
unsurnya satu demi satu. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita
analisa ciri-ciri misalnya, manusia Indonesia, ciri - cirinya: makhluk hidup, berbudi,
berkulit sawo matang, berambut hitam, dan untuk manusia Eropa, ciri-cirinya:
mahluk hidup, berbudi, berkulit putih, berambut pirang atau putih, bermata biru
terbuka.
Ø Membanding-bandingkan
ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak
sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan
mana yang tidak hakiki.
Ø Mengabstraksikan, yaitu
menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang
hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup
yang berbudi.
b.
Pembentukan
Pendapat,
yaitu menggabungkan atau memisah beberapa pengertian menjadi suatu tanda yang
khas dari masalah itu. Pendapat dibedakan menjadi tiga macam:
a.
Pendapat
Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan sesuatu,
misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai, dsb.
b.
Pendapat
Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tidak adanya sesuatu
sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak marah, si Totok tidak bodoh, dsb.
c.
Pendapat
Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang menerangkan
kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu hal, misalnya hari ini mungkin
hujan, si Ali mungkin tidak datang, dsb.
c.
Pembentukan
Keputusan, yaitu
menggabung-gabungkan pendapat tersebut. Keputusan adalah hasil perbuatan akal
untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada
tiga macam keputusan, yaitu:
1.
Keputusan
dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin paman duduk dikursi yang panjang,
masjid dikota kami disebelah alun-alun, dsb.
2.
Keputusan
dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami menggigit seorang kusir, sepeda
saya sudah tua, dsb.
3.
Keputusan
dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah tidak baik, bunga itu
indah, dsb.
d.
Pembentukan
Kesimpulan, yaitu
menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.
2.4 Teori-Teori Berpikir
Ada tiga pendekatan teoritis yang
digunakan dalam kajian tentang berpikir yaitu :
1.
Teori Stimulus-Respon
Konsepsi stimulus-respon memandang bahwa berpikir didasarkan atas
proses asosiatif. Berpkir dipandang sebagai tingkah laku trial-and-error
yang tidak tampak, sama seperti tingkah laku trial-and-error yang
tampak dalam menghadapi berbagai situasi belajar. Individu yang belajar
melakukan kegiatan melalui proses trial-and-error dalam rangka memilih
respon yang tepat bagi stumulus tertentu.
Dalam menghadapi situasi
bermasalah, seseorang menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang telah dipelajari
melalui pelaziman. Kebiasaan adalah aspek tingkahlaku yang telah menetap, dalam
penggunaannya berasosiasi kepada tingkat tantangan yang dihadapi. Kebiasaan
juga juga tersusun dalam apa yang disebut dengan hirarki rumpun-kebisaaan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang mengahadapi suatu situasi
dengan hirarki macam-macam kebiasaan.
Menurut teori ini dalam suatu situasi pemecahan masalah,
kebiasaan akan menetap dalam urutannya hingga berhasilnya suatu respon.
2.
Teori Gestalt
Teori psikologi Gestalt mendekati persoalan berpikir dan pemecahan
masalah dari pandangan bagaimana individu menentukan dunianya. Berpikir
dipandang sebagai mengorganisasikan persepsi, yaitu proses di mana seseorang
menangkap pola-pola keseluruhan dari stimuli, atau makna dari bagian-bagian
stimuli dalam pola keseluruhan dengan berbagai cara. Berpikir dengan demikian
adalah sebuah proses perseptual-kognitif.
Ciri pendekatan psikologi Gestalt terhadap pemecahan masalah tergambar
pada hasil pengamatan Wolfgang Kohler terhadap simpanse miliknya: Pisang
digantung di langit-langit kandang. Di sudut kandang diletakkan beberapa buah
kotak. Simpanse mencoba menggapai pisang beberapa kali namun gagal. Ketika
beristirahat sejenak ia melihat kotak-kotak itu. Ditariknya kotak satu demi
satu kemudian ditumpuk. Dengan berdiri di atas tumpukan kotak-kotak simpanse
dapat meraih pisang. Pengalaman simpanse yang menemukan pemecahan masalah
ketika melihat kotak-kotak disebut insight. Keberhasilan mendapatkan
insight setelah melalui pengorganisasian persepsi terhadap keseluruhan situasi
masalah (pola) yang akan diatasi. Hal ini disebut juga fenomena “Ah-Ha!”.
3.
Pendekatan
Pemrosesan-Informasi
Pendekatan pemrosesan-informasi adalah upaya memformulasikan bentuk
flowchart atau urutan kejadian, dengan penggunaan format dari program komputer.
Suatu program komputer terdiri dari rangkaian langkah-langkah atau
kaidah-kaidah yang menguraikan apa yang diperbuat komputer.
Bagaimanapun, manusia jauh lebih baik daripada komputer. Implikasinya
adalah pendekatan pemrosesan-informasi terhadap tingkahlaku adalah sebuah
program yang dapat men-simulasi-kan proses-proses psikologis digunakan sebagai
model yang sangat abstrak dalam berpikir dan memecahkan masalah.
Beberapa macam program untuk memecahkan masalah dapat dikembangkan.
Salah satunya adalah penyelesaian serial-letter. Masalah yang harus dipecahkan
subyek adalah mengisi huruf selanjutnya, dari contoh berikut:
B D F H
__
BTCTDT __
Program yang dibuat untuk mengatasi masalah ini harus terpasang secara
instrinsik terhadap seri tersebut. Jika suatu program dapat berhasil memecahkan
suatu bentuk masalah, maka temuan itu dapat menyumbang kepada teori kegiatan
pemecahan masalah.
2.5 Pengaruh Berpikir pada Belajar
Kemampuan berpikir
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar, karena belajar merupakan suatu
proses penyerapan informasi dari luar untuk dimengerti dan dipahami. Jika
kemampuan berpikir seseorang kurang baik maka akan sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar yang didapat oleh orang tersebut.
3.1 Simpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.
Berpikir
merupakan suatu tahap awal sebelum pengambilan keputusan.
2. Secara
umum berpikir terdapat 4 jenis yaitu berpikir alamiah, berpikir ilmiah,
berpikir autistik, dan berpikir realistik.
3. Proses
atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah yaitu pembentukan
pengertian, pembentukan pendapat, pembentuakan keputusan, dan pembentukan
kesimpulan.
4. Ada banyak teori yang membahas
masalah berpikir diantaranya Teori Stimulus-Respon, Teori Gestalt, dan Pendekatan
Pemrosesan-Informasi.
5. Berpikir merupakan suatu kemampuan
yang harus dimiliki oleh semua orang pelajar guna mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
3.2
Saran
1. Hendaknya
setiap orang terutama para pelajar memiliki pola pikir yang baik dan memaksimalkannya
agar transfer ilmu dan informasi dari guru atau dari media informasi lainnya
dapat diterima dan dipahami dengan baik.
2.
Dengan
adanya pola pikir yang baik maka dapat mendorong generasi penerus bangsa masa
yang akan datang lebih baik dan berkembang.
http://pusatilmupsikologi.blogspot.com/2012/03/teori-berpikir-dalam-psikologi.html
diaskes tanggal 13 Agustus 2013
http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-130081/26411.
diaskes tanggal 13 Agustus 2013
http://rian-septian.blogspot.com/2012/03/makalah-berpikir-pengantar-psikologi.html
diaskes tanggal 13 Agustus 2013
Santrock,
John W..2007. Perkembangan Anak. Erlangga
Sobur, Alex . 2003 . Psikologi Umum . Bandung : Pustaka Setia
Walgito,
Bimo. 2008. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta : PT andi publisher
Whandi.
2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa)
Pada Anak-Anak Usia Dini.




0 komentar:
Posting Komentar